Upaya Intoleransi Agama di Kabupaten Tolikara “Gagal..!”

2_ToleransitolikaraAdanya dugaan yang mengingikan Papua tidak kondusif yang disinyalir dilakukan oleh kelompok kepentingan melalui berbagai cara, salah satunya memunculkan intoleransi di Kab. Tolikara Papua, gagal, karena masyarakata di Tolikara sejak lama telah menjalin hubungan antar agama dengan baik.

Pasca insiden kerusuhan di Kaburaga, Tolikara, Papua, kesepakatan damai telah dilakukan. Meski demikian, aparat penegak hukum masih terus menyidik dalang kerusuhan tersebut. Saat ini, aparat telah menetapkan dua orang sebagai tersangka.

Menanggapi penetapan tersangka, tokoh muslim sekaligus khatib di daerah setempat, Ali Mukhtar, mengapresiasinya. “Itu kewenangan aparat. Ini (penegakan hukum) bukan hanya isu nasional tapi jadi isu internasional, tapi perdamaian sudah kami lakukan,” ujar Ali.

Hal senada diucapkan masyarakat adat sekaligus putera daerah setempat, Viktor Kogoya Yikwa. Viktor menegaskan, penegakan hukum diperlukan lantaran dengan dalin Indonesia sebagai negara hukum. Pihaknya menyerahkan pengusutan pelaku kerusuhan kepada kepolisian. “Kita serahkan kepada aparat, yang salah yang mana dan yang benar yang mana, supaya tidak ada kekacauan lagi. Tapi memang juga ada jalur damai dari masyarakat,” kata Viktor.

Sementara itu, Sekretaris Badan Pekerja Wilayah Toli Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Marthen Jingga, justru tak menginginkan pengusutan melalui jalur hukum. Marthen menegaskan, masalah sudah selesai melalui adat dan kesepakatan damai.

“Kami sudah aman. Sudah menyelesaikan secara adat, sudah bermaafan,” katanya.

Marthen melanjutkan, masyarakat di Tolikara menggunakan cara adat melalui pemotongan babi yang kemudian disantap bersama oleh kedua pihak. Namun, Marthen mengetahui umat muslim tak dapat menikmati babi.

“Seharusnya potong babi tapi kan saudara muslim tidak makan babi. Ini mau cari sapi,” katanya.

Sementara, Kapolda Papua Yotje Mende beberapa waktu lalu mengatakan dua orang tersangka pemicu kerusuhan di Tolikara saat Hari Raya Idul Fitri berhasil ditangkap Polda Papua.

“Sudah ditangkap Saya langsung yang memimpin penangkapan,” kata Kapolda Papua.

Kedua tersangka yang berinisial HK dan JW merupakan warga lokal Tolikara. “Keduanya dari GIDI (Gereja Injili di Indonesia),” kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti di Istana Negara, Jakarta.

Yotje membeberkan peran para tersangka dalam kerusuhan Tolikara yang membuat jemaah salat Id bubar dan menghanguskan sejumlah bangunan di wilayah itu, termasuk musala.

“Mereka orang yang menyuruh menyerang di awal. Mereka sebagai provokator, menggunakan wireless (untuk berkomunikasi), kemudian melakukan penyerangan saat salat Id,” kata Yotje.

Polda Papua akan segera menginterogasi kedua tersangka. “Perlu pemeriksaan intensif terhadap tersangka, kenapa sampai ada niatan menyerang waktu salat Id,” ujar Yotje.

Meski dua dalang kerusuhan Tolikara telah tertangkap, Yotje menegaskan penyelidikan tidak berhenti karena bisa jadi tersangka bertambah.

“Kami masyarakat Tolikara, baik Kristen atau muslim sudah sejak dahulu hidup damai dan saling menghormati… kerusuan yang terjadi karena ulah orang yang ingin kacaukan Tolikara” ucap Webenus Wanimbo, salah seorang masyarakat asli Tolikara. “Kami sudah damai, kami tidak ingin Tolikara rusuh.. tindak tegas actor intelektual kerusuhan” tegasnya.

Leave a comment

No comments yet.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Leave a comment